Untuk
memahami pengertian kekongruenan pada bangun datar, silahkan simak ilustrasi
berikut ini.
Pernahkah
kamu melihat seorang tukang bangunan yang sedang memasang ubin? Sebelum
ubin-ubin itu dipasang, biasanya tukang tersebut memasang benang-benang sebagai
tanda agar pemasangan ubin tersebut terlihat rapi, seperti tampak pada gambar
di bawah ini. Cara pemasangan ubin tersebut dapat diterangkan secara geometri
seperti berikut.
Gambar
di atas adalah gambar permukaan lantai yang akan dipasang ubin persegipanjang.
Pada permukaannya diberi garis-garis sejajar. Jika ubin ABCD digeser searah AB
(tanpa dibalik), diperoleh A => B, B => E, D => C,
dan C =>F sehingga ubin ABCD akan menempati ubin BEFC. Akibatnya,
AB => BE
sehingga AB = BE
BC => EF
sehingga BC = EF
DC => CF
sehingga DC = CF
AD => BC
sehingga AD = BC
∠DAB => ∠CBE
sehingga ∠DAB = ∠CBE
∠ABC => ∠BEF
sehingga ∠ABC = ∠BEF
∠BCD => ∠EFC
sehingga ∠BCD = ∠EFC
∠ADC => ∠BCF
sehingga ∠ADC = ∠BCF
Berdasarkan
pemaparan di atas maka diperoleh bahwa:
1. Sisi-sisi
yang bersesuaian dari persegipanjang ABCD dan persegipanjang BEFC sama panjang.
2. Sudut-sudut
yang bersesuaian dari persegi panjang ABCD dan persegipanjang BEFC sama besar.
Hal
tersebut menunjukkan bahwa persegipanjang ABCD dan persegipanjang BEFC memiliki
bentuk dan ukuran yang sama. Dua persegi panjang yang demikian dikatakan
kongruen.
Berdasarkan uraian tersebut diperoleh gambaran bahwa “dua bangun yang kongruen pasti sebangun, tetapi dua bangun yang sebangun belum tentu kongruen”. Bangun-bangun yang memiliki bentuk dan ukuran yang sama dikatakan bangun-bangun yang kongruen. Pengertian kekongruenan tersebut berlaku juga untuk setiap bangun datar.
Dua bangun datar dikatakan kongruen jika
kedua bangun datar tersebut mempunyai sisi-sisi yang bersesuaian sama panjang
dan sudut-sudut yang bersesuaian sama besar.
Jika
dua bangun datar kongruen maka:
1.
Sisi-sisi yang bersesuaian sama panjang, dan
2.
Sudut-sudut yang bersesuaian sama besar.
Untuk memantapkan pemahaman Anda tentang pengertian kekongruenan, silahkan simak beberapa contoh soal di bawah ini.
Contoh
Soal 1
Perhatikan
gambar di bawah ini! Apakah persegipanjang ABCD kongruen dengan persegi panjang
PQRS dan apakah persegipanjang ABCD sebangun dengan persegi panjang PQRS?
buktikan!
Penyelesaian:
Unsur-unsur
persegipanjang ABCD adalah AB = DC = 8 cm, AD = BC = 6 cm, dan ∠A
= ∠B = ∠C = ∠D =
90°.
Amati
persegipanjang PQRS dengan diagonal PR. Panjang PQ dapat ditentukan dengan
menggunakan Theorema
Pythagorasseperti berikut.
PQ
= √(PR)2 - (QR)2
PQ
= √(10)2 - (6)2
PQ
= √64
PQ
= 8
Jadi,
unsur-unsur persegipanjang PQRS adalah PQ = SR = 8 cm, PS = QR = 6 cm,
dan ∠P = ∠Q = ∠R
= ∠S = 90°.
Dari
uraian tersebut tampak bahwa sisi-sisi yang bersesuaian dari persegipanjang
ABCD dan persegipanjang PQRS sama panjang. Selain itu, sudut-sudut yang
bersesuaian dari kedua persegipanjang itu sama besar.
Jadi,
persegipanjang ABCD kongruen dengan persegipanjang PQRS. Dua bangun datar yang
kongruen pasti sebangun. Jadi, persegi panjang ABCD sebangun dengan
persegipanjang PQRS.
Contoh Soal 2
Contoh Soal 2
Perhatikan
dua bangun datar yang kongruen berikut.
Tentukan
besar sudut E!
Penyelesaian:
Karena kedua bangun di atas kongruen maka sudut-sudut yang bersesuaian sudah pasti sama besar.
∠A = ∠F = 45°
∠C = ∠H = 60°
∠D = ∠G = 120°
∠B = ∠E = ?
Ingat**
karena kedua bangun kongruen maka jumlah sudut pada bangun datar ABCD sama
dengan jumlah sudut pada bangun datar EFGH = 360°, maka:
<=> ∠E = 360°
- (∠F + ∠H + ∠G)
<=> ∠E = 360° - (45° + 60° + 120°)
<=> ∠E = 360° - 225°
<=> ∠E = 35°
Jadi besar sudut E adalah 35°
<=> ∠E = 360° - (45° + 60° + 120°)
<=> ∠E = 360° - 225°
<=> ∠E = 35°
Jadi besar sudut E adalah 35°
Tidak ada komentar:
Posting Komentar